-->
A. Jagat Raya
Jagat raya sebagai tempat tinggal makhluk hidup meru[akan
ruang angkasa yang maha luas dan maha besar, disebut juga universe . isinya berjuta-juta bahkan bermilyar-milyar benda langit
seperti bintang, planet, satelit, komet, asteroid atau planetoid, meteor dan
debu-debu udara (debu kosmis) dan sebagainnya.
1.
Teori
terjadinya Jagat Raya
a.
Teori
Big Bang
Menurut teori ini jagat
raya terbentuk dari ledakan dahsyat yang terjadi kira- kira
13.700 juta tahun yang
lalu. Akibat ledakan tersebut materi materi dengan jumlah sangatsangat banyak
terlontar ke segala penjuru alam semesta, materi-materi tersebut akhirnya
membentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid, meteor, energy dan
partikel-partikel lain.
b.
Teori Keadaan Tetap
Teori ”keadaan tetap” atau teori ciptaan
sinambung menyatakan bahwa jagat raya selama berabad-abad selalu dalam keadaan
yang sama dan zat hidrogen senantiasa dicipta dari ketiadaan. Penambahan jumlah
zat, dalam teori ini memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu kira-kira seribu
juta tahun untuk satu atom dalam satu volume ruang angkasa. Teori ini diajukan
oleh ahli astronomi Fred Hoyle dan beberapa ahli astrofisika Inggris.
Dalam teori ”keadaan tetap”, kita harus
menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara
berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan
galaksi yang menjauh. Orang sepakat bahwa zat yang merupakan asal mula bintang
dan galaksi tersebut adalah hidrogen.
Teori ini diterima secara skeptis oleh
beberapa ahli yang lain, sebab hal itu melanggar salah satu hukum dasar fisika,
yaitu hukum kekekalan zat. Zat tidak dapat diciptakan atau dihilangkan tetapi
hanyalah dapat diubah menjadi jenis zat lain atau menjadi energi.
Fakta Penciptaan Alam Semesta
Asal mula alam semesta adalah
diciptakan. Namun di Eropa, pada abad ke 19 ada aliran kepercayaan yang disebut
materialisme, yaitu aliran yang menolak segala apapun kecuali materi. Meraka beranggapan
bahwa alam semesta tidak berawal da nada untuk selamanya. Hal itu menandakan
bahwa kaum materialis mengingkari adanya Tuhan.
Pada tahun 1900-an dilakukan
penelitian-penelitian mengenai alam semesta ini. Pada 1929 teleskop berukuran
raksasa dibuat dan digunakan Edwin Hubble untuk melakukan penelitian. Hasil
pengamatan ia melihat bahwa cahaya dari galaksi-galaksi lain berwarna merah.
Hal itu berarti bahwa galaksi lain menjauhi kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum
dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna
ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah.
Intinya, semua galaksi saling menjauh satu sama lain dan alam semesta ini
mengembang
Sama
seperti yang Albert Einstein kemukakan, bahwa alam semesta terus mengembang. berdasarkan
perhitungan yang ia buat dalam fisika teori, telah menyimpulkan bahwa alam
semesta tidak mungkin statis.
Agar lebih mudah dipahami,
diumpamakan, alam semesta seperti balon dengan bintik-bintik sebagai galaksinya.
Balon itu ditiup terus menerus sehingga bolon tersebut mengembang. Maka
otomatis jarak antar bintik-bintik tersebut saling menjauh.
Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam
semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal
dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa ‘titik tunggal’ ini yang
berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki ‘volume nol‘, dan ‘kepadatan
tak hingga‘. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal
bervolume nol.
Ledakan raksasa yang menandai
permulaan alam semesta ini dinamakan ‘Big Bang‘, dan teorinya dikenal dengan
nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa ‘volume nol‘ merupakan pernyataan
teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat
mendefinisikan konsep ‘ketiadaan‘, yang berada di luar batas pemahaman manusia,
hanya dengan menyatakannya sebagai ‘titik bervolume nol‘. Sebenarnya, ‘sebuah
titik tak bervolume‘ berarti ‘ketiadaan‘. Demikianlah alam semesta muncul
menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa
alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, Teori Big
Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu
wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi
diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan
membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.
Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul
dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan
alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh
ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar
merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ‘seharusnya ada‘ ini pada
akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan
Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut
‘radiasi latar kosmis‘, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan
tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa.
Demikianlah, diketahui bahwa
radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big
Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka. Pada
tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang
angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8
menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah
menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam
semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa,
penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang.
Bukti penting lain bagi Big Bang
adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian,
diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan
perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big
Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu
kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah
menjadi helium.
Akhinya paham materialis
dihancurkan oleh ilmu pengetahuan. Satu per satu ilmuan berpaham materialis mengakui
bahwa alam semesta ada karena diciptakan. Namun, ledakan tidak mungkin
memunculkan tatanan sempurna. Semua ledakan yang diketahui cenderung berbahaya,
menghancurkan, dan merusak apa yang ada. Jika kita diberitahu tentang
kemunculan tatanan sangat sempurna setelah suatu ledakan, kita dapat
menyimpulkan bahwa ada campur tangan ‘cerdas’ di balik ledakan ini, dan segala
serpihan yang berhamburan akibat ledakan ini telah digerakkan secara sangat terkendali.
Sir Fred Hoyle, yang akhirnya harus menerima teori Big Bang setelah
bertahun-tahun menentangnya, mengungkapkan hal ini dengan jelas: “Teori Big
Bang menyatakan bahwa alam semesta berawal dari satu ledakan tunggal. Tapi,
sebagaimana diketahui, ledakan hanya menghancurkan materi berkeping-keping,
sementara Big Bang secara misterius telah menghasilkan dampak yang berlawanan –
yakni materi yang saling bergabung dan membentuk galaksi-galaksi.”
Tidak ada keraguan, jika suatu
tatanan sempurna muncul melalui sebuah ledakan, maka harus diakui bahwa
terdapat campur tangan Pencipta yang berperan di setiap saat dalam ledakan ini.
Hal lain dari tatanan luar biasa yang terbentuk di alam menyusul peristiwa Big
Bang ini adalah penciptaan ‘alam semesta yang dapat dihuni’. Persyaratan bagi
pembentukan suatu planet layak huni sungguh sangat banyak dan kompleks,
sehingga mustahil untuk beranggapan bahwa pembentukan ini bersifat kebetulan.
Setelah melakukan perhitungan tentang kecepatan mengembangnya alam semesta, Paul
Davis, profesor fisika teori terkemuka, berkata bahwa kecepatan ini memiliki
ketelitian yang sungguh tak terbayangkan. Davis berkata: “Perhitungan jeli
menempatkan kecepatan pengembangan ini sangat dekat pada angka kritis yang
dengannya alam semesta akan terlepas dari gravitasinya dan mengembang
selamanya. Sedikit lebih lambat dan alam ini akan runtuh, sedikit lebih cepat
dan keseluruhan materi alam semesta sudah berhamburan sejak dulu. Jelasnya, big
bang bukanlah sekedar ledakan zaman dulu, tapi ledakan yang terencana dengan
sangat cermat. “
Fisikawan terkenal, Prof. Stephen
Hawking mengatakan dalam bukunya A Brief History of Time, bahwa alam semesta
dibangun berdasarkan perhitungan dan keseimbangan yang lebih akurat dari yang
dapat kita bayangkan. Dengan merujuk pada kecepatan mengembangnya alam semesta,
Hawking berkata: “Jika kecepatan pengembangan ini dalam satu detik setelah Big
Bang berkurang meski hanya sebesar angka satu per-seratus ribu juta juta, alam
semesta ini akan telah runtuh sebelum pernah mencapai ukurannya yang sekarang.”
Paul Davis juga menjelaskan akibat
tak terhindarkan dari keseimbangan dan perhitungan yang luar biasa akuratnya
ini: “Adalah sulit menghindarkan kesan bahwa tatanan alam semesta sekarang,
yang terlihat begitu sensitif terhadap perubahan angka sekecil apapun, telah
direncanakan dengan sangat teliti. Kemunculan serentak angka-angka yang tampak
ajaib ini, yang digunakan alam sebagai konstanta-konstanta dasarnya, pastilah
menjadi bukti paling meyakinkan bagi keberadaan desain alam semesta.”
Berkenaan dengan kenyataan yang
sama ini, profesor astronomi Amerika, George Greenstein menulis dalam bukunya
The Symbiotic Universe: “Ketika kita mengkaji semua bukti yang ada, pemikiran
yang senantiasa muncul adalah bahwa kekuatan supernatural pasti terlibat.” Singkatnya,
saat meneliti sistem mengagumkan di alam semesta, akan kita pahami bahwa
keberadaan dan cara kerjanya bersandar pada keseimbangan yang sangat sensitif
dan tatanan yang terlalu kompleks untuk dijelaskan oleh peristiwa kebetulan.
Sebagaimana dimaklumi, tidaklah mungkin keseimbangan dan tatanan luar biasa ini
terbentuk dengan sendirinya dan secara kebetulan melalui suatu ledakan besar.
Pembentukan tatanan semacam ini menyusul ledakan seperti Big Bang adalah satu
bukti nyata adanya penciptaan supernatural.
Rancangan dan tatanan tanpa tara di alam
semesta ini tentulah membuktikan keberadaan Pencipta, beserta Ilmu, Keagungan
dan Hikmah-Nya yang tak terbatas, Yang telah menciptakan materi dari ketiadaan
dan Yang berkuasa mengaturnya tanpa henti. Sang Pencipta ini adalah Allah,
Tuhan seluruh sekalian alam.
2.
Anggapan-Anggapan
tentang Jagat Raya dan Alam Semesta
Berikut ini
adalah anggapan-anggapan manusia tentang jagat raya dan alam semesta sejak
dahulu hingga sekarang.
a.
Anggapan Antroposentris atau
Egosentris
Anggapan ini dimulai pada tingkat awal manusia atau pada masa
manusia primitif yang menganggap bahwa manusia sebagai pusat alam semesta. Pada
waktu menyadari ada Bumi dan langit, manusia menganggap matahari, bulan,
bintang, dan Bumi serupa dengan hewan, tumbuhan, dan dengan dirinya sendiri.
b. Anggapan
Geosentris
Anggapan ini menempatkan Bumi sebagai
pusat dari alam semesta. Geosentris (geo = Bumi; centrum = titik pusat).
Anggapan ini dimulai sekitar abad VI Sebelum Masehi (SM), saat pandangan
egosentris mulai ditinggalkan. Salah seorang yang mengemukakan anggapan
geosentris adalah Claudius Ptolomeus. Ia melakukan observasi di Alexandria,
kota pusat budaya Mesir pada masa lalu. Ia menganggap bahwa pusat jagat raya
adalah Bumi, sehingga Bumi ini dikelilingi oleh matahari dan bintang-bintang.
c. Anggapan
Heliosentris
Semakin majunya alat
penelitian dan sifat ilmuwan yang semakin kritis,menyebabkan bergesernya
anggapan geosentris. Pandangan heliosentris (helios = matahari) dianggap
sebagai pandangan yang revolusioner yang menempatkan matahari sebagai pusat
alam semesta.
Seorang mahasiswa
kedokteran, ilmu pasti dan Astronomi, Nicholas Copernicus (1473–1543) pada
tahun 1507 menulis buku ”De Revolutionibus Orbium Caelestium” (tentang revolusi
peredaran benda-benda langit). Ia mengemukakan bahwa matahari merupakan pusat
jagat raya yang dikelilingi planet-planet, bahwa bulan mengelilingi Bumi dan
bersama-sama mengitari matahari, dan bahwa Bumi berputar ke timur yang menyebabkan
siang dan malam.
d. Anggapan Galaktosentris Galaktosentris
(Galaxy = kumpulan jutaan bintang)
merupakan anggapan yang menempatkan
galaksi sebagai pusat Tata Surya. Galaktosentris dimulai tahun 1920 yang
ditandai dengan pembangunan teleskop raksasa di Amerika Serikat, sehingga dapat
memberikan informasi yang lebih banyak mengenai galaksi.
Sumber: Sumber:
Anjayani,Eni.&Tri
Haryanto.2009.Geografi: untuk kelas X SMA/MA.
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Film
Harun Yahya “Penciptaan Alam Semesta”
http://enamnol896.blogspot.com/2012/08/fakta-penciptaan-alam-semesta.html
No comments:
Post a Comment